Percakapan dengan diri sendiri mengacu pada pembicaraan di dalam kepala, kadang-kadang disebut sebagai ucapan dalam batin. Ini berbeda dengan imajinasi mental atau mengingat fakta dan angka. Secara khusus, para psikolog mendefinisikan percakapan dengan diri sendiri sebagai pikiran yang terucapkan yang ditujukan kepada aspek kehidupan. Ini mencakup percakapan pribadi seperti “Aku perlu berlatih gitar” tetapi juga termasuk refleksi sepanjang hari seperti “Gym-nya ramai malam ini, aku akan datang lagi besok”. Dan percakapan dengan diri sendiri pada orang dewasa cenderung bersifat diam, tetapi bicara keras juga termasuk dalam kategori ini. Bahkan, para psikolog meyakini bahwa pengalaman pertama dalam percakapan dengan diri sendiri sebagian besar bersifat vokal, karena anak-anak sering berbicara keras saat bermain.
Pada tahun 1930-an, seorang psikolog Rusia bernama Lev Vygotsky mengemukakan hipotesis bahwa jenis percakapan ini sebenarnya menjadi kunci perkembangan. Dengan mengulangi percakapan yang mereka lihat dari orang dewasa, anak-anak berlatih mengelola perilaku dan emosi mereka sendiri. Ketika mereka tumbuh dewasa, percakapan dengan diri sendiri cenderung menjadi internal dan berubah menjadi dialog dalam hati kita sendiri.
Kita tahu bahwa percakapan dalam hati sangat penting dan dapat membantu merencanakan pekerjaan, menghadapi situasi sulit, dan bahkan memotivasi sepanjang hari. Namun, penelitian tentang percakapan dengan diri sendiri sulit dilakukan karena bergantung pada studi subjek yang jelas melacak perilaku yang spontan dan sering dilakukan tanpa sadar. Karena itu, para ilmuwan masih mencoba menjawab pertanyaan dasar seperti mengapa orang berbicara dengan diri sendiri dan bagaimana aktivasi otaknya berbeda dari percakapan normal.
Namun, satu hal yang pasti adalah percakapan dengan diri sendiri memiliki dampak nyata pada sikap dan performa. Berbicara dengan diri sendiri yang bersifat instruksional dan memotivasi telah terbukti meningkatkan fokus, meningkatkan harga diri, dan membantu menghadapi tugas-tugas sehari-hari. Sebagai contoh, sebuah studi menemukan bahwa pemain tenis perguruan tinggi yang memasukkan percakapan instruksional dengan diri sendiri dalam latihan meningkatkan konsentrasi dan akurasi. Dan mengobrol dengan teman dapat membantu mengurangi stres, sementara berbicara langsung dapat membantu mengatur emosi.
Ada juga jenis percakapan dengan diri sendiri yang disebut percakapan terdistansi. Ini adalah saat kita berbicara dengan diri kita sendiri seolah-olah sedang berbicara dengan orang lain. Sebagai contoh, daripada berpikir “Aku akan berhasil dalam ujian ini”, kita mungkin berpikir “[nama Anda] sudah siap untuk tes ini”. Studi menunjukkan bahwa jenis percakapan dengan diri sendiri sangat bermanfaat dalam mengurangi stres saat menjalani tugas yang menimbulkan kecemasan, seperti bertemu orang baru atau berbicara di depan umum.
Namun, percakapan dengan diri sendiri yang positif dapat membantu Anda, sementara percakapan negatif dapat merugikan Anda. Sebagian besar orang kadang-kadang bersikap kritis terhadap diri sendiri, tetapi jika perilaku tersebut menjadi sering dan secara berlebihan negatif, itu dapat menjadi beracun. Percakapan negatif tingkat tinggi seringkali menjadi prediktor kecemasan pada anak-anak dan orang dewasa. Dan jika Anda terus-menerus menyalahkan masalah dan terus merenungkan situasi tersebut, Anda mungkin mengalami perasaan depresi yang intens.
Saat ini ada bidang pengobatan psikologis yang disebut terapi perilaku kognitif, yang sebagian fokus pada mengatur nada percakapan dengan diri sendiri. Terapis perilaku kognitif sering mengajarkan strategi untuk mengidentifikasi siklus pikiran negatif dan menggantinya dengan refleksi netral dan penuh kasih sayang. Seiring waktu, alat-alat ini dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang.
Jadi, pada kesempatan berikutnya ketika Anda sedang berbicara dengan diri sendiri, ingatlah untuk bersikap baik. Suara dalam hatimu adalah mitra yang akan kamu ajak bicara selama bertahun-tahun yang akan datang.