Saat masih muda, seorang anak merasa bahwa sekolah sering kali menghalangi proses belajarnya. Ketika berusia 11 tahun, ia mengambil inisiatif untuk menulis surat kepada seorang peneliti di Uni Soviet mengenai hipnopedia, yaitu konsep belajar saat tidur. Ide ini mengusulkan untuk menyalakan pemutar kaset di samping tempat tidur agar bisa belajar tanpa sadar. Meskipun metode ini tidak berhasil, hipnopedia membuka jalan bagi penelitian di bidang lain yang menghasilkan penemuan penting tentang cara belajar.
Seiring berjalannya waktu, anak tersebut melanjutkan studi di bidang psikologi dan terlibat dalam penelitian selama bertahun-tahun. Pada tahun 1981, ia mulai belajar bahasa Mandarin dengan target untuk fasih dalam dua tahun. Pada masa itu, banyak orang menganggap bahasa Mandarin sangat sulit dan percaya bahwa orang Barat tidak akan bisa berbicara dengan baik meskipun belajar selama 10 tahun. Dengan mengandalkan kesimpulan dari penelitian psikologi yang ada, ia menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam proses belajarnya.
Menariknya, dalam enam bulan, ia sudah fasih berbahasa Mandarin. Namun, ia juga memperhatikan banyak orang dari berbagai negara kesulitan belajar bahasa tersebut, sementara orang Tiongkok sendiri juga menghadapi tantangan dalam belajar bahasa Inggris dan bahasa lainnya. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana cara membantu orang dewasa belajar bahasa baru dengan cepat dan efektif. Pertanyaan ini menjadi semakin relevan di dunia yang penuh tantangan komunikasi saat ini.
Jawaban atas pertanyaan itu cukup sederhana: carilah orang yang telah berhasil belajar bahasa, amati situasi di mana keberhasilan itu terjadi, dan identifikasi prinsip-prinsip yang diterapkan. Proses ini dikenal sebagai modeling, dan selama 15 hingga 20 tahun terakhir, ia mempelajari pembelajaran bahasa dengan pendekatan ini. Kesimpulannya adalah bahwa setiap orang dewasa dapat belajar bahasa kedua dengan lancar dalam waktu enam bulan.
Walaupun banyak yang skeptis terhadap pernyataan ini, sejarah kemajuan manusia selalu berkaitan dengan perluasan batasan-batasan yang dianggap tidak mungkin. Sebagai contoh, pada tahun 1950, banyak orang percaya bahwa berlari 1 km dalam waktu empat menit adalah hal yang mustahil sampai Roger Bannister membuktikannya pada tahun 1956. Hal serupa berlaku di berbagai bidang lainnya; manusia terus menemukan cara baru untuk mencapai hal-hal yang sebelumnya dianggap tak mungkin.
Banyak orang juga berpikir bahwa mereka tidak bisa menggambar. Namun, ada lima prinsip kunci yang dapat diterapkan untuk belajar menggambar dalam waktu lima hari. Setelah menerapkan prinsip-prinsip tersebut selama lima hari, ia berhasil menghasilkan karya yang cukup baik. Dengan logika yang sama, siapa pun bisa belajar bahasa kedua dalam enam bulan.
Ada lima prinsip dan beberapa tindakan yang perlu dilakukan. Pertama, fokuslah pada konten bahasa yang relevan dengan diri sendiri. Kedua, gunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak hari pertama. Ketiga, pahami makna terlebih dahulu sebelum memahami kata-kata. Keempat, berani mencampur berbagai kata dan menciptakan kalimat sendiri. Kelima, gunakan pendekatan yang bersahabat dan nyaman saat belajar dengan orang lain.
Selain itu, bangun kondisi psikologis yang baik saat belajar. Jika kamu merasa cemas atau tidak nyaman, proses belajar akan terhambat. Sebaliknya, jika merasa bahagia dan penasaran, maka proses belajar akan berlangsung dengan cepat.
Dengan menerapkan lima prinsip tersebut dan melakukan tindakan seperti banyak mendengarkan bahasa yang ingin dipelajari, memahami makna dari konteks non-verbal, serta berinteraksi dengan native speaker, kemampuan bahasa seseorang dapat meningkat secara signifikan. Semua langkah ini berada dalam kendali pelajar itu sendiri. Jika mampu melakukan semua langkah tersebut, seseorang pasti akan menjadi fasih berbahasa lain hanya dalam enam bulan.