Berinvestasilah pada Apa yang Anda cintai, bukan sekadar menjalani Apa yang Anda Senangi

Berinvestasilah pada Apa yang Anda cintai, bukan menjalani Apa yang Anda Senangi


Januari 17, 2025 | Kategori: Investasi.

Banyak generasi muda diberi nasihat untuk “melakukan apa yang Anda senangi.” Meskipun nasihat ini terdengar inspiratif, terkadang hal ini dapat mengarah pada stagnasi finansial atau kehilangan peluang untuk membangun kekayaan. Robert Kiyosaki, penulis Rich Dad Poor Dad, memperkenalkan sebuah gagasan kuat yang menantang pola pikir tradisional ini: alih-alih hanya melakukan apa yang Anda cintai, investasikan pada hal yang Anda cintai.

Konsep ini menggeser fokus dari mengejar hasrat semata ke membangun aset jangka panjang yang selaras dengan nilai-nilai Anda, yang pada akhirnya dapat membawa Anda menuju kebebasan finansial. Berikut ini, kita akan mendalami esensi pendekatan ini, mengapa hal ini penting, dan bagaimana Anda dapat menerapkannya dalam kehidupan Anda.


Perbedaan Antara “Melakukan Apa yang Anda Senangi” dan “Menginvestasikan pada Hal yang Anda Cintai”

Banyak generasi milenial terjebak dalam jebakan memprioritaskan karier atau aktivitas berdasarkan hobi atau minat mereka tanpa mempertimbangkan keberlanjutan finansial dari pilihan-pilihan tersebut. Penting untuk memahami perbedaannya:

  1. Melakukan Apa yang Anda Senangi:
    Ini biasanya melibatkan mengejar karier atau memulai bisnis berdasarkan hobi atau minat pribadi. Meskipun membawa kebahagiaan dan kepuasan, jalur ini sering kali mengarah ke pertumbuhan finansial yang terbatas jika tidak dikelola dengan bijak. Selain itu, jalur ini sering masuk ke kuadran “S” dalam Cashflow Quadrant Kiyosaki—yaitu usaha kecil atau wiraswasta—yang biasanya dikenai pajak tinggi dan sulit untuk berkembang.
  2. Menginvestasikan pada Hal yang Anda Cintai:
    Ini melibatkan menyelaraskan investasi Anda dengan nilai-nilai dan minat Anda sambil fokus pada membangun aset. Baik itu real estat, bisnis, atau komoditas seperti emas dan minyak, berinvestasi pada hal yang Anda cintai memungkinkan Anda menumbuhkan kekayaan dan menciptakan keamanan finansial sambil tetap setia pada minat Anda. Ini sesuai dengan kuadran “B” (Bisnis Besar) dan “I” (Investor), yang menawarkan pajak lebih rendah dan potensi kekayaan yang lebih besar.
Baca juga:  Ingin Berinvestasi, Pahami Dulu Perbedaan Reksa Dana dan Saham

Waktu: Aset Paling Berharga yang Anda Miliki

Kiyosaki menekankan bahwa waktu adalah aset terbesar Anda—atau bisa menjadi kewajiban terbesar Anda. Generasi milenial sering merasa bahwa mereka memiliki banyak waktu untuk memikirkan keuangan mereka, tetapi pola pikir seperti ini bisa berbahaya. Semakin cepat Anda mulai menginvestasikan aset, semakin banyak waktu yang Anda miliki untuk membiarkan pertumbuhan majemuk bekerja untuk keuntungan Anda.

Contohnya:

  • Mempelajari pajak, asuransi, manajemen utang, dan akuntansi mungkin tidak menarik, tetapi keterampilan ini sangat penting untuk membangun kekayaan.
  • Dengan fokus pada perolehan aset di usia 20-an dan 30-an—ketika waktu masih berpihak pada Anda—Anda mempersiapkan diri menuju kemandirian finansial di kemudian hari.

Cashflow Quadrant: Di Mana Anda Ingin Berada?

Kiyosaki memperkenalkan Cashflow Quadrant sebagai kerangka kerja untuk memahami bagaimana orang menghasilkan pendapatan. Kuadran ini terdiri dari:

  1. E (Employee/Karyawan): Anda bekerja untuk orang lain dan mendapat gaji.
  2. S (Self-Employed/Wiraswasta): Anda bekerja untuk diri sendiri tetapi tetap tergantung pada waktu Anda (contoh: dokter, freelancer).
  3. B (Big Business/Bisnis Besar): Anda memiliki sistem atau bisnis yang bekerja untuk Anda, bahkan tanpa kehadiran fisik Anda.
  4. I (Investor): Uang Anda bekerja untuk Anda melalui investasi seperti real estat, saham, atau komoditas.

Kebanyakan orang menghabiskan hidup mereka di kuadran E atau S karena mereka memprioritaskan “melakukan apa yang mereka cintai.” Namun, kekayaan sejati ada di kuadran B dan I. Beralih ke kuadran ini membutuhkan pendidikan, disiplin, dan kesediaan untuk keluar dari zona nyaman.


Kesalahan Mengejar “Shiny Objects” (Objek Bersinar)

Banyak generasi muda saat ini tergoda oleh “shiny objects” seperti Bitcoin, IPO, atau investasi tren lainnya. Meskipun ini dapat memberikan keuntungan cepat, mereka juga memiliki risiko tinggi dan membutuhkan pengetahuan lanjutan untuk mengelolanya dengan sukses.

Contohnya:

  • Berinvestasi dalam cryptocurrency seperti Bitcoin mungkin terlihat menarik, tetapi jika tidak selaras dengan minat atau keahlian Anda, kemungkinan besar itu bukan langkah yang tepat untuk Anda.
  • Alih-alih mengejar tren, fokuslah pada investasi yang benar-benar Anda pahami dan pedulikan. Misalnya, jika Anda memiliki minat terhadap real estat atau pertanian berkelanjutan, salurkan energi Anda untuk mempelajari industri tersebut dan membangun aset di dalamnya.
Baca juga:  Obligasi: Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya dalam Investasi

Kekuatan Tujuan Dibandingkan Hasrat

Salah satu poin paling menarik dari Kiyosaki adalah bahwa tujuan lebih penting daripada hasrat dalam membangun kekayaan. Hasrat sering kali berpusat pada diri sendiri—tentang apa yang membuat Anda bahagia. Sebaliknya, tujuan berfokus pada menciptakan nilai bagi orang lain.

Sebagai contoh:

  • Menulis buku mungkin bukan hasrat Kiyosaki, tetapi itu memenuhi tujuannya untuk mendidik jutaan orang tentang literasi finansial.
  • Demikian pula, memulai bisnis atau berinvestasi dalam real estat mungkin melibatkan tugas-tugas yang tidak disukai (misalnya mempelajari pajak atau menangani masalah hukum), tetapi upaya tersebut memenuhi tujuan yang lebih besar: mencapai kebebasan finansial.

Dengan menyelaraskan investasi Anda dengan tujuan daripada hanya hasrat, Anda menciptakan nilai jangka panjang bagi diri sendiri dan orang lain.


Area Investasi Utama yang Selaras dengan Nilai-Nilai

Kiyosaki menguraikan empat jenis investasi utama:

  1. Bisnis:
    Memiliki bisnis memungkinkan Anda membangun sistem yang menghasilkan pendapatan tanpa memerlukan kehadiran fisik Anda secara terus-menerus. Skalabilitas inilah kunci untuk berpindah dari wiraswasta (kuadran S) ke kepemilikan bisnis besar (kuadran B).
  2. Real Estate:
    Real estate menawarkan arus kas dan apresiasi nilai dari waktu ke waktu. Jika Anda menikmati menganalisis properti atau membayangkan bagaimana ruang dapat diubah, investasi real estate mungkin selaras dengan minat Anda.
  3. Aset Kertas:
    Saham, obligasi, ETF, dan reksa dana adalah investasi likuid yang cocok bagi mereka yang lebih menyukai opsi risiko rendah. Namun, ini sering kali kurang menarik atau memiliki koneksi pribadi bagi sebagian investor.
  4. Komoditas:
    Berinvestasi dalam aset berwujud seperti emas, perak, atau minyak dapat selaras dengan nilai-nilai seperti keberlanjutan atau stabilitas ekonomi. Sebagai contoh, Kiyosaki berinvestasi dalam perkebunan alpukat karena dia menghargai nilai lingkungan dan ekonominya.
Baca juga:  Memahami Compound Interest: Cara Cerdas Mengembangkan Uangmu

Likuiditas: Faktor Tersembunyi dalam Keberhasilan Investasi

Pelajaran penting lainnya dari Kiyosaki adalah memahami likuiditas, yaitu seberapa mudah suatu aset dikonversi menjadi uang tunai.

  • Saham dan ETF sangat likuid—Anda dapat menjualnya dengan cepat jika diperlukan.
  • Real estat dan bisnis kurang likuid tetapi sering menawarkan pengembalian yang lebih tinggi dalam jangka panjang.

Semakin tidak likuid suatu aset, semakin banyak pendidikan finansial dan pandangan ke depan yang dibutuhkan. Inilah sebabnya mengapa beralih dari aset kertas (saham) ke aset nyata (real estat atau bisnis) sering kali disertai kurva pembelajaran yang curam.


Bagaimana Milenial Dapat Mulai Berinvestasi pada Hal yang Mereka Cintai

  1. Edukasi Diri:
    Luangkan waktu untuk mempelajari pajak, manajemen utang, akuntansi, dan strategi investasi. Platform seperti Rich Dad’s Coaching dapat memberikan wawasan berharga.
  2. Tentukan Tujuan Anda:
    Refleksikan apa yang benar-benar penting bagi Anda—kebebasan? Keberlanjutan? Membantu orang lain? Gunakan tujuan ini sebagai panduan untuk memilih investasi.
  3. Mulailah dari Kecil:
    Mulailah dengan memperoleh aset yang mudah dikelola seperti saham atau properti sewaan kecil sebelum berkembang ke investasi yang lebih besar.
  4. Bersabarlah:
    Membangun kekayaan membutuhkan waktu dan usaha. Hindari godaan untuk mengejar keuntungan cepat atau investasi tren yang tidak selaras dengan tujuan Anda.
  5. Berinvestasilah Secara Strategis:
    Cari peluang yang selaras dengan nilai-nilai sekaligus tujuan finansial Anda. Misalnya, jika Anda peduli terhadap energi terbarukan, pertimbangkan untuk berinvestasi dalam startup teknologi hijau atau ladang surya.

Bangun Kekayaan dengan Tujuan Jelas

Pesannya jelas: meskipun melakukan apa yang Anda senangi dapat membawa kebahagiaan dalam jangka pendek, berinvestasi pada hal yang Anda cintai menciptakan keamanan finansial dan kebebasan jangka panjang. Dengan fokus pada membangun aset di bidang yang selaras dengan nilai-nilai dan tujuan Anda, Anda tidak hanya menumbuhkan kekayaan tetapi juga menciptakan warisan bermakna.

Ambil kendali atas masa depan finansial Anda hari ini! Jelajahi sumber daya seperti Rich Dad Poor Dad atau daftarkan diri dalam program edukasi finansial untuk mulai membangun aset sesuai impian dan nilai-nilai Anda. Ingat: Ini bukan hanya tentang melakukan apa yang Anda cintai—tetapi tentang menciptakan kehidupan di mana Anda mencintai apa yang Anda lakukan!

Berita lainnya


+62-815-1121-9673