Mengatasi Distraksi, dan Kembali Fokus


Agustus 14, 2024 | Kategori: Uncategorized.

Beberapa tahun yang lalu, saya mulai menyadari perilaku saya sendiri yang membuat saya merasa tidak nyaman. Dari saat saya bangun hingga akhir hari, hidup saya dipenuhi dengan layar. Saya memulai hari dengan ponsel yang membangunkan saya, dan saya duduk di tempat tidur menonton berbagai video masak di Instagram, berpindah-pindah beberapa aplikasi.

Saat bangun dan memasak sarapan, fokus saya tidak hanya pada telur dadar di wajan, tetapi juga pada iPad yang ada di samping kompor. Setelah itu, ketika saya harus bekerja, saya berpindah ke layar lain yang terhubung dengan layar yang lain. Sementara itu, jam tangan pintar saya berbunyi dan bergetar, terus mengalihkan perhatian saat saya mencoba menyelesaikan pekerjaan penting.

Namun, ada satu perangkat yang paling banyak menyita waktu saya: ponsel. Setiap hari, saya bisa menghabiskan berjam-jam hanya untuk menggunakannya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menghilangkan penggunaan ponsel selama sebulan sebagai eksperimen. Saya menetapkan batasan bahwa saya hanya akan menggunakan ponsel selama 30 menit setiap hari. Saya membagi waktu tersebut untuk memetakan, menelepon ibu, mendengarkan musik, dan mendengarkan podcast.

Setelah sekitar seminggu, saya mulai merasakan perubahan. Pertama, daya fokus saya meningkat. Saya bisa berkonsentrasi dengan lebih mudah dibandingkan sebelum eksperimen ini. Selain itu, saat menjelajahi dunia di sekitar saya, pikiran saya menjadi lebih kreatif dan penuh ide-ide baru. Saya juga mulai merencanakan masa depan dengan lebih baik. Mengurangi satu perangkat sederhana ternyata membawa tiga efek positif ini.

Perubahan ini membuat saya tertarik untuk memahami lebih jauh bagaimana teknologi mempengaruhi perhatian dan kemampuan fokus kita. Banyak penelitian menunjukkan bahwa saat bekerja di depan komputer—terutama dengan ponsel di dekat kita—kita hanya bisa berkonsentrasi pada satu hal selama sekitar 40 detik sebelum beralih ke hal lain. Dengan aplikasi seperti Slack terbuka, angka ini bahkan turun menjadi 35 detik.

Baca juga:  Mengatasi Rasa Tidak Aman dalam Hubungan

Ternyata, masalah bukanlah bahwa otak kita mudah teralihkan; melainkan otak kita mengalami overstimulasi. Kita cenderung mencari distraksi karena otak kita sangat menyukai informasi kecil yang datang dari media sosial dan email. Ada mekanisme dalam pikiran kita yang disebut “bias kebaruan,” di mana pikiran kita memberi imbalan berupa dopamin setiap kali kita mencari distraksi. Hal ini membuat kita tidak hanya menginginkan distraksi, tetapi juga merasa terpuaskan ketika menemukannya.

Setelah menyadari dampak ponsel terhadap daya fokus saya, saya berpikir tentang bagaimana jika saya mengurangi stimulasi lebih jauh lagi? Perasaan yang kita alami saat beralih dari keadaan sangat terstimulasi ke keadaan kurang terstimulasi disebut “kebosanan.” Saya pun meminta pembaca di situs web saya untuk berbagi aktivitas paling membosankan yang bisa saya lakukan. Selama sebulan, saya melakukan berbagai hal membosankan—seperti membaca syarat dan ketentuan iTunes selama satu jam dan menghitung nol dalam 10.000 digit pertama.

Menariknya, setelah seminggu menjalani aktivitas ini, saya merasakan efek yang sama seperti saat eksperimen dengan ponsel. Daya fokus saya semakin meningkat karena pikiran saya memiliki kesempatan untuk menjelajah dan tidak terfokus pada gangguan.

Ada kutipan yang menarik dari J.R.R. Tolkien: “Tidak semua orang yang mengembara tersesat.” Hal ini juga berlaku untuk fokus kita. Banyak ide cemerlang muncul saat kita tidak berfokus pada satu hal tertentu. Ketika pikiran kita dibiarkan mengembara, kita dapat menemukan solusi atas masalah dengan lebih mudah.

Penelitian menunjukkan bahwa saat perhatian kita melambat, pikiran kita akan bergerak ke tiga tempat utama: masa lalu, masa kini, dan masa depan. Saat melamun, ternyata kita berpikir tentang masa depan hampir 48% dari waktu itu. Hal ini menjelaskan mengapa kita sering merencanakan hari kita saat mandi meskipun hari itu belum dimulai.

Baca juga:  Berbicara Efektif dalam Situasi Spontan

Setelah merenungkan temuan ini, ada dua perubahan penting yang perlu kita lakukan dalam cara kita memandang perhatian. Pertama, kita perlu menyadari bahwa kita tidak perlu melakukan lebih banyak hal; sebenarnya kita sudah melakukan cukup banyak. Kita perlu ruang lebih dalam hidup kita agar dapat berpikir dengan jernih dan merencanakan masa depan.

Kedua, distraksi bukanlah musuh fokus; ia justru merupakan gejala dari overstimulasi mental. Saya menantang Anda untuk mencoba mengurangi stimulasi mental selama dua minggu. Amati apa yang terjadi pada perhatian Anda: berapa banyak ide yang muncul? Bagaimana fokus Anda berubah?

Cobalah untuk melakukan ritual pemutusan dari teknologi setiap malam dan rediscover kebosanan—meski hanya untuk beberapa menit saja. Dalam perjalanan menemukan kembali fokus ini, Anda akan menemukan bahwa keadaan perhatian kita sangat menentukan kualitas hidup kita. Dengan mengurangi stimulasi mental, tidak hanya produktivitas dan kreativitas meningkat, tetapi hidup kita pun menjadi lebih baik.

Berita lainnya


+62-815-1121-9673