Di zaman modern seperti sekarang ini, aktivitas dapat berjalan dengan mudah dan lancar dengan adanya dukungan teknologi. Salah satu contohnya adalah keberadaan kartu kredit yang hadir karena pemanfaatan kemajuan teknologi. Dengan kartu kredit, banyak orang dengan mudah melakukan transaksi dan mendapatkan diskon atau reward khusus yang diberikan oleh penerbit kartu kredit.
Meskipun demikian, kredit macet pada pemakaian kartu kredit masih saja terbilang tinggi. Apa yang terjadi? Apakah ini kesalahan para pengguna kartu kredit yang kurang bijak dalam pemakaiannya atau ada ‘lintah darat’ yang bersembunyi di balik setiap transaksi kartu kredit yang Anda lakukan?
Pada dasarnya, selagi pengguna kartu kredit menggunakan pemakaian kartu dengan sewajarnya dan membayar tagihan tepat waktu, maka tidak akan terjerat kredit macet. Sementara itu, beberapa pengguna kartu kredit gemar memanfaatkan program maupun fasilitas yang diberikan oleh si kartu kredit seperti reward, diskon, hingga fasilitas tambahan untuk menikmati ruang layanan publik. Sebagai contoh, para calon penumpang di bandara yang memiliki kartu kredit khusus dapat mengakses fasilitas lounge bandara dan akan dimanjakan dengan pelayanan yang tersedia.
Pertanyaannya, khusus untuk para pengguna kartu kredit: mau dijadikan apakah kartu kredit Anda? Apakah sekadar untuk gaya hidup, sebagai alat untuk mengatur cash flow keuangan, sebagai alternatif dari fasilitas pembayaran transaksi, atau justru hanya ingin dijadikan sapi perah semata, laksana peribahasa “habis manis sepah dibuang”
Lalu bagaimana jika ada anggapan bahwa kartu kredit membuat orang jadi boros berbelanja? Anggapan ini bisa saja benar, tetapi masih perlu dicermati lagi, karena boros belanja hanya berlaku bagi pengguna kartu kredit yang tidak cerdas. Pengguna kartu kredit yang cerdas adalah mereka yang tidak dengan mudah memanfaatkannya sebagai alat konsumsi, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan di lapangan membuktikan bahwa kartu kredit lebih sering digunakan sebagai alat pembayaran transaksi yang bersifat konsumtif. Sebagai contoh, belakangan ini di Jakarta marak sekali para wanita yang melakukan tindakan konsumtif dengan memanfaatkan adanya program sale dan diskon besar-besaran di pusat perbelanjaan.
Kartu Kredit sebagai Alat Penarikan Tunai di ATM
Di era informasi seperti sekarang ini, nyatanya masih ada pengguna kartu kredit yang kurang bijak dalam menggunakan kartu kreditnya. Dalam konteks ini, kartu kredit yang dimiliki dijadikan sebagai kartu tarik tunai di berbagai automated teller machine (ATM).
Tarik tunai kartu kredit merupakan salah satu langkah mudah untuk mendapatkan dana dari kartu kredit. Cukup dengan melalui langkah mudah berikut saja:
- Kunjungi ATM yang bekerja sama dengan pihak bank kartu kredit Anda
- Masukan kartu kredit Anda ke mesin ATM
- Masukan nomor PIN kartu kredit Anda
- Tentukan jumlah yang ingin Anda tarik. Ingat umumnya akan tersedia biaya penarikan dan jumlah yang dapat ditarik tergantung kartu kredit.
Memang tarik tunai itu dapat membantu keuangan di saat darurat. Akan tetapi, pertanyaan yang perlu diperhatikan adalah sadarkah para pengguna kartu kredit ini terhadap risiko yang akan mereka tanggung dari penarikan tunai?
Salah satu risiko ini adalah biaya bunga maksimum sebesar 2,95% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan juga biaya tarik tunai sebesar 4 % yang langsung dibebankan saat penarikan. Dengan begitu semakin banyak Anda melakukan tarik tunai kartu kredit maka semakin besar biaya yang Anda keluarkan.
Penarikan uang tunai dari kartu kredit itu sebenarnya bisa dilakukan dengan dua cara yakni melalui mesin ATM atau gesek tunai di toko yang menyediakan mesin tarik tunai. Keduanya memiliki kelebihan dan kekuarangan masing-masing.
Tarik Tunai Kartu Kredit via ATM atau Gestun, Lebih Murah Mana Sih? Menjawab pertanyaan tersebut, biaya tarik tunai via ATM sudah dijelaskan di atas. Sementara gesek tunai hanya dikenakan biaya rata-rata sampai 2,5% dari nilai yang ditarik tunai. Memang lebih murah biayanya ketimbang tarik tunai di ATM.
Khusus untuk fungsi tarik tunai dari kartu kredit ini, perlu dicatat bahwa tarik tunai hendaknya dilakukan saat keadaan darurat dan mendesak saja, karena biaya penarikan di mukanya dapat menjadi beban biaya tambahan bagi pengguna kartu kredit. Singkat kata, tarik tunai boleh dilakukan jika:
- Dilakukan dalam kondisi darurat akibat tidak membawa uang tunai atau kartu debit/kartu ATM
- Ada kepastian untuk membayar tagihan tepat waktu untuk meminimalisir risiko bertambahnya beban bunga kartu kredit.
- Sedang ada kebutuhan darurat dan pengajuan KTA Anda ditolak
Jika penerbit kartu kredit Anda memberikan poin untuk setiap transaksi yang dilakukan seperti saat berbelanja di tempat ritel atau swalayan, umumnya penarikan tunai melalui ATM merupakan pengecualian dalam pemberian poin ini. Intinya, dalam penggunaan kartu kredit Anda, hindari penarikan tunai kartu kredit semaksimal mungkin, karena akibatnya yang merugikan. Gunakanlah kartu kredit dengan semestinya berdasarkan nilai kebutuhan dan kendalikan diri Anda saat menggunakannya.