
Checklist Keuangan Sebelum Menikah dan Sebelum Punya Anak
So, kamu lagi mikir serius soal masa depan, mau nikah, dan mungkin dalam waktu dekat pengin punya anak. Selamat, itu milestone besar. Tapi jujur aja, dua hal ini bukan cuma tentang momen bahagia, ada konsekuensi finansial yang kalau nggak disiapin bisa bikin pusing panjang. Artikel kali ini bakal bantu kamu bikin checklist keuangan yang praktikal, detail, dan bisa langsung dipakai.
Bagian 1: Mindset keuangan sehat sebelum menikah
Langkah pertama itu soal komitmen transparansi. Kamu dan pasangan perlu buka semua kartu, dari penghasilan, tabungan, investasi, utang, cicilan, kebiasaan belanja, sampai tanggungan keluarga. Tujuannya nggak buat nge-judge, tapi untuk bikin baseline yang jelas biar kalian tahu starting point bareng. Dari sini, kalian bisa sepakat bahwa kalian satu tim dengan satu rencana. Diskusikan prioritas realistis, misalnya mau nyewa dulu atau beli rumah, berapa porsi dana darurat, kapan rencana punya anak, dan gimana soal dukungan ke orang tua. Uang itu sistem, bukan rahasia. Hindari ekstrem “uang aku vs uang kamu”. Lebih sehat punya akun bersama untuk tujuan bersama, tapi tetap sediakan akun pribadi buat privasi dan self-care finansial. Lalu sepakati aturan main yang tegas namun fleksibel: siapa bayar apa, porsinya proporsional ke penghasilan, kapan deadline tagihan, bagaimana cara catat keuangan, batas belanja impulsif, dan komitmen komunikasi rutin lewat money date bulanan 60 menit untuk review dan koreksi.
Bagian 2: Audit finansial awal, cek kondisi kamu sekarang
Sebelum susun rencana, audit dulu kondisi. Catat pendapatan dari gaji pokok, bonus, freelance, dan sampingan, lalu nilai apakah stabil atau fluktuatif. Kelompokkan pengeluaran tetap seperti kontrak, cicilan, listrik, internet, dan pengeluaran variabel seperti makan, nongkrong, dan transport. Inventarisasi utang KPR, KPA, KTA, dan kartu kredit, termasuk sisa pokok, tenor, suku bunga, dan denda keterlambatan. Data aset juga penting, termasuk tabungan, deposito, reksa dana, saham, emas, kendaraan, gadget bernilai, hingga saldo BPJS Ketenagakerjaan atau DPLK. Jangan lupa sisi perlindungan, pastikan BPJS Kesehatan aktif dan cek asuransi kesehatan, jiwa, serta kendaraan, termasuk cakupan dan premi. Terakhir, cek riwayat kredit di SLIK OJK, karena skor yang bagus bikin akses kredit lebih murah nantinya. Target audit yang ideal sebelum menikah itu simpel: dana darurat minimal tiga sampai enam bulan biaya hidup gabungan, utang konsumtif terkendali dengan rasio cicilan total di bawah 30 persen dari penghasilan gabungan, asuransi kesehatan aktif dan memadai, tabungan tujuan jangka pendek berjalan seperti biaya resepsi atau pindahan, dan catatan keuangan tiga sampai enam bulan terakhir rapi.
Bagian 3: Rencana anggaran gabungan setelah menikah
Setelah nikah, susun anggaran gabungan dengan format empat “ember” biar gampang. Pertama, ember wajib untuk kebutuhan pokok seperti sewa atau KPR, listrik, air, internet, transport, dan belanja dapur. Kedua, ember proteksi untuk asuransi kesehatan, asuransi jiwa, iuran BPJS, dan dana darurat. Ketiga, ember tujuan untuk DP rumah, pendidikan, liburan, dana ibadah, atau dana usaha. Keempat, ember gaya hidup untuk nongkrong, self-care, hobi, dan hadiah. Kalau penghasilan kamu dan pasangan beda jauh, pakai skema kontribusi proporsional. Misalnya penghasilan A delapan juta dan B empat juta, biaya rumah tangga enam juta, maka kontribusi A empat juta dan B dua juta. Sisanya bisa dialokasikan ke tabungan pribadi dan lifestyle masing-masing. Jaga batasan sehat: rasio cicilan total idealnya di bawah 30 persen dari penghasilan gabungan, tabungan atau investasi untuk tujuan minimal 20 persen kalau memungkinkan, sementara porsi gaya hidup fleksibel selama proteksi dan dana darurat tetap aman.
Bagian 4: Dana darurat itu wajib, bukan opsional
Dana darurat adalah sabuk pengaman finansial. Untuk pasangan tanpa anak, targetkan tiga sampai enam bulan biaya hidup. Begitu punya anak, naikkan ke enam sampai dua belas bulan. Kalau pekerjaan kamu bersifat freelance atau komisi, condonglah ke batas atas. Biar nggak terasa berat, otomatisasi setoran H+1 setelah gajian. Simpan di instrumen yang likuid seperti tabungan berjangka, e-money berfitur bunga, atau reksa dana pasar uang. Pisahkan dana darurat dari tabungan tujuan biar nggak tercampur dan kebablasan dipakai. Misal biaya hidup gabungan delapan juta per bulan, target enam bulan berarti 48 juta. Kalau mau capai dalam dua belas bulan, sisihkan empat juta per bulan. Kalian bisa bagi dua masing-masing dua juta, atau pakai porsi proporsional sesuai penghasilan.
Bagian 5: Utang, cicilan, dan skor kredit
Sebelum menikah, fokus ke utang bunga tinggi seperti kartu kredit dan paylater. Minimum payment itu jebakan, jadi targetkan nol atau minimal di bawah 10 persen dari penghasilan. Kalau perlu, konsolidasi utang kecil ke satu pinjaman bunga lebih rendah, tapi disiplin untuk nggak nambah utang baru. Perbaiki skor kredit dengan bayar tepat waktu enam sampai dua belas bulan sebelum ajukan KPR atau kredit besar. Ada dua strategi yang bisa kamu pakai: metode avalanche yang mengutamakan pelunasan utang berbunga tertinggi untuk hemat bunga total, atau metode snowball yang menuntaskan utang paling kecil dulu biar dapat momentum psikologis. Apapun metodenya, jauhi pinjol ilegal dan selalu cek legalitas di OJK.
Bagian 6: Asuransi harus kamu pikirkan
Kesehatan itu duluan. Minimal punya BPJS Kesehatan aktif. Kalau mampu, lengkapi dengan asuransi kesehatan swasta biar akses kamar rawat lebih nyaman, limit lebih besar, dan jaringan RS lebih luas. Baca baik-baik limit tahunan, inner limit, pre-existing condition, masa tunggu, dan jaringan rumah sakit. Untuk asuransi jiwa, prioritas kalau ada yang bergantung pada penghasilan kamu. Rumus cepatnya, uang pertanggungan ideal lima sampai sepuluh kali penghasilan tahunan. Kalau penghasilan sepuluh juta per bulan, UP ideal sekitar 600 juta sampai 1,2 miliar. Pilih term life murni yang preminya hemat dan proteksinya fokus. Produk unit-linked masuk akal hanya kalau kamu paham struktur biayanya dan tetap investasi terpisah. Pertimbangkan juga asuransi penyakit kritis. Memang opsional, tapi klaim lump sum bisa menutup biaya non-medis dan mengganti penghasilan saat masa pemulihan. Untuk kendaraan dan rumah, minimal asuransikan mobil atau motor dengan TLO, dan pertimbangkan komprehensif jika nilai aset masih tinggi. Kalau punya properti, pertimbangkan asuransi kebakaran atau banjir, apalagi kalau tinggal di area rawan.
Bagian 7: Tabungan untuk nikah, resepsi, dan memulai rumah tangga
Anggaran nikah sering jadi jebakan. Kuncinya bikin realistis, bukan gengsi. Tetapkan batas total dulu, baru turunkan ke pos seperti venue, catering, dekor, dokumentasi, busana, hiburan, seserahan, administrasi, dan siapkan cadangan 10 sampai 15 persen. Prinsipnya, kalau uang cash hanya cukup untuk akad sederhana plus makan keluarga inti, ya lakukan itu. Resepsi bisa nyusul atau dibuat intimate. Nabung otomatis enam sampai dua belas bulan sebelumnya, dan jangan sentuh dana darurat buat resepsi. Berikut gambaran kasar anggaran di kota besar, silakan sesuaikan dengan daerahmu. Untuk venue dan dekor, siapkan 25 sampai 60 juta tergantung kapasitas dan kota. Catering untuk 300 tamu bisa memakan 45 sampai 90 juta jika harga per pax 150 sampai 300 ribu. Dokumentasi biasanya 5 sampai 15 juta untuk paket foto plus video. Busana dan MUA di angka 5 sampai 20 juta, apalagi kalau bisa pakai paket. Hiburan dan MC opsional di 3 sampai 10 juta. Administrasi dua sampai tiga juta, dan sediakan cadangan sekitar 10 sampai 15 persen dari total anggaran.
Bagian 8: Rumah, sewa atau beli?
Keputusan sewa atau beli jangan didasarkan FOMO. Kalau mobilitas kerjamu tinggi dan belum yakin lokasi tinggal tiga sampai lima tahun ke depan, sewa cenderung lebih masuk akal. Perhatikan rasio harga rumah terhadap penghasilan di kota target. Kalau rasio price-to-income jauh di atas 8 sampai 10, jangan maksa KPR karena tekanan cicilan dan biaya perawatan bisa berat. Ingat, biaya kepemilikan rumah bukan cuma cicilan, tapi juga DP, BPHTB, AJB, provisi bank, asuransi KPR, pajak, dan perawatan. Sebagai patokan, DP idealnya 20 persen supaya cicilan lebih ringan dan bunga lebih rendah. Pastikan rasio cicilan KPR plus utang lain tetap di bawah 30 persen dari penghasilan gabungan. Setelah bayar DP, sisakan cash buffer minimal enam bulan biaya hidup agar kamu tetap aman dari kejutan.
Bagian 9: Ingin punya anak, hitung biayanya dulu
Sebelum program, hitung dulu biayanya. Komponen utama itu prenatal seperti cek kandungan, USG, vitamin, dan tes lab, lalu persalinan yang biayanya beda antara normal dan caesar, kelas kamar, serta wilayah rumah sakit. Setelah lahir, ada biaya vaksin dan imunisasi, alat bayi, popok, susu kalau diperlukan, serta kontrol dokter. Jangan lupa biaya pengasuhan, apakah daycare, nanny, atau ada salah satu yang mengambil cuti panjang atau memangkas jam kerja. Jangka panjangnya termasuk pendidikan, kesehatan, transport, dan hobi. Di kota besar, estimasi kasar bisa begini: prenatal 3 sampai 10 juta sepanjang kehamilan. Persalinan normal 10 sampai 25 juta dan caesar 20 sampai 50 juta lebih tergantung RS dan kelas. Imunisasi dari lahir sampai usia dua tahun 5 sampai 15 juta kalau non-BPJS dan ambil vaksin premium. Perlengkapan bayi awal seperti ranjang, stroller, gendongan, baju, dan sterilizer sekitar 4 sampai 10 juta. Popok dan perlengkapan bulanan 500 ribu sampai 1,5 juta. Susu formula jika diperlukan 600 ribu sampai 1,5 juta per bulan. Daycare atau nanny 2 sampai 6 juta per bulan atau lebih tergantung lokasi. Untuk menekan biaya tanpa menurunkan kualitas, manfaatkan BPJS Kesehatan dengan pilih faskes yang bagus untuk prenatal dan persalinan, pakai perlengkapan bayi preloved atau pinjam dari keluarga karena masa pakainya pendek, fokus pada vaksin esensial dengan konsultasi jadwal di puskesmas atau RS, usahakan ASI eksklusif jika memungkinkan karena bagus untuk bayi dan hemat, serta siapkan sinking fund khusus anak minimal enam sampai dua belas bulan sebelum HPL.
Bagian 10: Dana pendidikan anak itu maraton, bukan sprint
Waktu adalah teman paling setia buat dana pendidikan. Semakin cepat mulai, semakin ringan setoran bulanannya. Tentukan dulu target, apakah sekolah negeri atau swasta, sistem full day atau nggak, di kota besar atau kota asal, termasuk rencana kursus. Pecah target per jenjang dari TK, SD, SMP, SMA, sampai kuliah. Ingat, biaya pendidikan cenderung naik 5 sampai 10 persen per tahun, dan kadang lebih. Pilih instrumen sesuai horizon. Untuk 3 sampai 7 tahun, reksa dana pendapatan tetap atau campuran masuk akal. Untuk di atas 7 tahun, indeks saham bisa jadi andalan. Untuk kurang dari 3 tahun, simpan di deposito atau tabungan pendidikan. Simulasi sederhana begini: target dana kuliah 15 tahun lagi setara 250 juta di harga hari ini. Asumsikan inflasi pendidikan 8 persen per tahun. Nilai masa depan kira-kira 250 juta dikali (1 + 0,08) pangkat 15 yang hasilnya sekitar 250 juta dikali 3,17 atau 792 juta. Kalau imbal hasil portofolio rata-rata 10 persen per tahun, iuran bulanan bisa dihitung dengan rumus anuitas, PMT ≈ FV × r / [(1 + r)^n − 1], dengan r sekitar 10 persen dibagi 12 atau 0,00833 dan n 180 bulan. Hasilnya kurang lebih 2 sampai 2,3 juta per bulan. Ini ilustrasi aja, tapi gambaran ini bikin kamu kebayang betapa berartinya mulai lebih awal.
Bagian 11: Investasi pasangan muda, keep it simple
Atur urutannya: dana darurat dulu, baru investasi. Pahami profil risiko, jangan FOMO. Biar konsisten, pakai DCA alias setoran rutin bulanan. Instrumen yang biasanya masuk akal: reksa dana pasar uang buat parkir dana darurat dan tujuan di bawah dua tahun, reksa dana pendapatan tetap untuk horizon dua sampai lima tahun, indeks saham atau saham blue chip untuk di atas lima sampai sepuluh tahun, dan emas sebagai pelengkap diversifikasi atau hedging, bukan satu-satunya aset. Perhatikan biaya seperti fee manajer investasi, pajak, dan biaya beli-jual. Biaya rendah itu artinya hasil jangka panjang bisa lebih optimal. Sebagai gambaran alokasi, profil konservatif bisa menempatkan porsi besar di pasar uang dan pendapatan tetap, profil moderat lebih seimbang, sementara agresif memberi porsi dominan ke saham atau ETF indeks. Namun ini bukan template wajib, tetap sesuaikan dengan tujuan, waktu, dan kenyamanan kamu.
Bagian 12: Legal dan administrasi, jangan disepelekan
Urus dokumen pernikahan dan update status biar akses manfaat asuransi, pajak, hingga urusan waris jadi lancar. Pastikan beneficiary asuransi jiwa di-update ke pasangan. Nggak ada salahnya bikin surat wasiat sederhana dan daftar aset. Usia muda pun boleh, minimal punya daftar akun, simpan kredensial di password manager, dan tetapkan kontak darurat. Urus NPWP dan rencanakan pajak, karena status menikah bisa memengaruhi PTKP dan pelaporan SPT. Pertimbangkan perjanjian pra-nikah atau pasca-nikah, terutama kalau ada bisnis, utang signifikan, atau warisan keluarga. Ini bukan soal nggak percaya, tapi soal kejelasan dan perlindungan dua pihak.
Bagian 13: Sistem keuangan harian yang bikin rapi
Bangun sistem sederhana tapi rapi. Pakai satu aplikasi pencatat keuangan yang kalian berdua gunakan dengan kategori yang disepakati. Kelola rekening terpisah dan jelas: rekening gaji pribadi masing-masing dan satu rekening bersama untuk bayar pos wajib serta tujuan bersama. Atur standing instruction supaya setiap gaji masuk, dana otomatis terdistribusi ke rekening bersama, investasi, dan dana darurat. Buat kalender keuangan dengan tanggal gajian, tanggal autodebet, tanggal bayar tagihan, dan jadwal review bulanan. Dengan sistem ini, kamu nggak perlu mikir tiap hari, cukup cek dan sesuaikan kalau ada perubahan.
Bagian 14: Red flags dan green flags sebelum menikah
Ada tanda-tanda yang patut diperhatikan. Red flags misalnya sering telat bayar tagihan dan menolak transparansi, utang konsumtif besar plus defensif kalau ditanya, ada kebiasaan judi, pakai pinjol ilegal, atau kejar skema “cepet kaya” tanpa literasi, serta menolak bikin rencana gabungan. Sebaliknya, green flags itu tanda sehat seperti mau terbuka dan konsisten mencatat keuangan, selalu bayar tepat waktu, punya tujuan jelas dan realistis, serta fleksibel cari solusi bareng saat ada masalah.
Bagian 15: Checklist ringkas sebelum menikah
Sebelum nikah, pastikan kamu sudah transparan soal penghasilan, utang, aset, dan kebiasaan belanja. Jaga rasio cicilan total di bawah 30 persen dari penghasilan gabungan. Siapkan dana darurat tiga sampai enam bulan biaya hidup. Pastikan BPJS aktif dan asuransi kesehatan memadai. Kalau sudah ada tanggungan atau rencana punya anak, miliki asuransi jiwa. Sepakati target dan anggaran nikah, termasuk dana cadangan 10 sampai 15 persen. Cek dan benahi skor kredit sejak enam sampai dua belas bulan sebelumnya. Atur sistem rekening dan automasi transfer. Jadwalkan money date bulanan untuk review dan evaluasi.
| Done | Butir | Detail / Kriteria | Prioritas | Catatan |
|---|---|---|---|---|
| Transparansi keuangan | Saling buka penghasilan, utang, aset, dan kebiasaan belanja. | Tinggi | Buat daftar gabungan + bukti (slip gaji, mutasi, daftar kartu kredit/utang). | |
| Batas rasio cicilan | Total cicilan ≤ 30% dari penghasilan gabungan. | Tinggi | Hitung: total cicilan ÷ penghasilan gabungan × 100%. | |
| Dana darurat | 3–6 bulan biaya hidup tersimpan likuid. | Tinggi | Parkir di tabungan/rekening pasar uang yang mudah diakses. | |
| BPJS & asuransi kesehatan | BPJS aktif; polis kesehatan memadai (rawat inap minimal kelas sesuai kebutuhan). | Tinggi | Cek cakupan kamar, limit tahunan, dan koordinasi manfaat jika dobel. | |
| Asuransi jiwa | Wajib bila ada tanggungan atau rencana punya anak. | Tinggi | Manfaat saran: 7–10× penghasilan tahunan; pilih term life premi terjangkau. | |
| Target & anggaran nikah | Anggaran disepakati + dana cadangan 10–15%. | Sedang | Pisahkan rekening event; catat pos vendor, DP, pelunasan, dan buffer. | |
| Cek & benahi skor kredit | Mulai 6–12 bulan sebelum hari H. | Sedang | Lunasi tunggakan kecil, jaga utilisation < 30%, jangan buka banyak kartu baru. | |
| Sistem rekening & automasi | Atur rekening bersama/pribadi; auto-transfer tagihan & tabungan. | Sedang | Tetapkan tanggal debit, alokasi pos (fixed, fun, future), dan notifikasi. | |
| Money date bulanan | Jadwal tetap untuk review & evaluasi. | Rutin | Agenda: realisasi vs anggaran, utang, investasi, isu pending, rencana bulan depan. |
Bagian 16: Checklist ringkas sebelum punya anak
Saat bersiap punya anak, naikkan dana darurat ke enam sampai dua belas bulan biaya hidup. Pastikan asuransi kesehatan untuk kedua orang tua aktif dan cek cakupan persalinan. Bangun sinking fund persalinan dan newborn minimal enam sampai dua belas bulan sebelum HPL. Rencanakan cuti dan opsi pengasuhan apakah daycare, nanny, atau bantuan keluarga. Mulai dana pendidikan sedini mungkin meski kecil asal konsisten. Upgrade asuransi jiwa dengan uang pertanggungan minimal lima sampai sepuluh kali penghasilan tahunan. Evaluasi keamanan rumah atau apartemen untuk childproofing. Terakhir, siapkan rencana kerja setelah lahir, termasuk fleksibilitas jam, remote, atau hidup sementara dengan satu penghasilan.
| Cek | Item | Detail/Tindakan | Target/Timeline | Prioritas |
|---|---|---|---|---|
| Dana darurat | Naikkan dana darurat ke 6–12 bulan biaya hidup. Mulai top up bulanan otomatis ke rekening terpisah. |
Sebelum hamil atau awal kehamilan | Tinggi | |
| Asuransi kesehatan orang tua | Pastikan aktif dan cek cakupan persalinan (rawat inap, OB-GYN, NICU). Bandingkan limit, waiting period, dan RS rekanan. |
Segera; sebelum trimester 2 | Tinggi | |
| Sinking fund persalinan & newborn | Sisihkan rutin 6–12 bulan sebelum HPL untuk biaya persalinan dan kebutuhan bayi. Pisah dari dana darurat; gunakan instrumen likuid berisiko rendah. |
Mulai 6–12 bulan sebelum HPL | Tinggi | |
| Rencana cuti & pengasuhan | Tentukan cuti (ayah/ibu) dan opsi pengasuhan: daycare, nanny, atau bantuan keluarga. Hitung biaya bulanan dan jam kerja yang dibutuhkan. |
Trimester 2–3 | Sedang | |
| Dana pendidikan | Mulai sedini mungkin meski kecil; kunci konsistensi auto-debit. Tentukan horizon, instrumen, dan indeks inflasi pendidikan. |
Secepatnya mulai | Sedang | |
| Asuransi jiwa | Upgrade UP minimal 5–10× penghasilan tahunan. Pilih term life; cek penerima manfaat, masa berlaku, dan premi. |
Sebelum HPL | Tinggi | |
| Keamanan rumah (childproofing) | Evaluasi titik risiko: sudut tajam, stop kontak, tangga, jendela, furnitur. Siapkan pengaman sudut, kunci laci, penutup stop kontak, pagar tangga. |
Menjelang kelahiran | Sedang | |
| Rencana kerja pasca lahir | Atur fleksibilitas jam, remote/hybrid, atau opsi hidup sementara satu penghasilan. Simulasikan arus kas 3–6 bulan pertama. |
Trimester 3 | Rendah–Sedang |
Bagian 17: Data dan insight
Ada beberapa insight penting yang bisa jadi pegangan. Biaya pendidikan cenderung naik lebih cepat dari inflasi umum. Banyak studi menemukan inflasi pendidikan bisa mencapai 7 sampai 15 persen per tahun di kota besar. Skor kredit yang baik memangkas bunga kredit. Selisih satu sampai dua persen bunga KPR bisa menghemat ratusan juta selama tenor 15 sampai 20 tahun. Dana darurat terbukti bikin arus keuangan lebih stabil, rumah tangga dengan dana darurat minimal tiga bulan cenderung lebih jarang telat bayar tagihan dan lebih siap menghadapi PHK atau penurunan penghasilan.
Bagian 18: Fun facts
Faktanya, banyak pasangan yang sukses nabung besar bukan karena gaji super gede, tapi karena otomatisasi dan konsistensi setoran kecil tiap bulan. Komitmen menang telak dibanding motivasi sesaat. Barang bayi umurnya pendek, jadi komunitas preloved berkualitas itu literally harta karun buat hemat, dan ini juga lebih ramah lingkungan. Dan yang sering bikin tenang, “uang aku vs uang kamu” nggak jadi masalah selama “uang kita” jelas tujuan dan aturannya.
Bagian 19: Contoh rencana bulanan praktis
Bayangkan profil pasangan dengan penghasilan A sembilan juta dan B enam juta, total lima belas juta. Biaya rumah tangga ditarget delapan juta. Rasio cicilan existing dua juta atau sekitar 13 persen. Dana darurat saat ini 20 juta. Alokasi bulanannya bisa seperti ini: untuk pos wajib delapan juta yang meliputi sewa 3,5 juta, utilitas satu juta, transport satu juta, dan belanja 2,5 juta. Untuk proteksi 1,2 juta yang mencakup BPJS, asuransi kesehatan, dan jiwa basic. Untuk tujuan tiga juta, misalnya dana darurat 1,5 juta dan DP rumah 1,5 juta. Untuk gaya hidup 1,8 juta yang dibagi sebagai jatah pribadi masing-masing. Setelah dana darurat mencapai enam bulan biaya hidup, alihkan porsi dana darurat ke dana pendidikan atau tambah porsi DP rumah. Pola ini fleksibel, kamu tinggal geser sesuai prioritas.
Bagian 20: Komunikasi itu kuncinya
Jadwalkan money date tiap bulan dengan agenda singkat tapi efektif. Mulai dari review pengeluaran versus anggaran, update saldo tujuan seperti dana darurat, DP, dan pendidikan, cek tagihan dan cicilan, bahas rencana satu sampai tiga bulan ke depan seperti mudik, liburan, atau servis kendaraan, lalu putuskan perubahan yang perlu dilakukan, misalnya tambah premi, ubah alokasi investasi, atau naikkan porsi tabungan. Pegang aturan diskusi tanpa menghakimi, lihat data dulu, dan putuskan bareng. Kebiasaan kecil ini menjaga kamu tetap satu frekuensi.
FAQ
Pertanyaan: Mending gabung semua uang setelah menikah atau tetap terpisah? Jawaban: Gabungan parsial biasanya paling sehat. Buat rekening bersama untuk pos wajib dan tujuan bersama, tapi tetap simpan rekening pribadi untuk kebutuhan personal. Kuncinya transparansi dan proporsi kontribusi yang disepakati.
Pertanyaan: Dana darurat disimpan di mana supaya aman tapi tetap berkembang? Jawaban: Pilih instrumen likuid dan rendah risiko seperti tabungan berjangka, reksa dana pasar uang, atau deposito. Jangan taruh di aset yang volatil karena dana ini harus siap dipakai kapan saja.
Pertanyaan: Asuransi jiwa perlu nggak kalau dua-duanya kerja? Jawaban: Perlu kalau ada yang akan terdampak kalau salah satu penghasilan berhenti. Kalau kamu rencana punya anak atau menanggung keluarga, ambil term life dengan uang pertanggungan lima sampai sepuluh kali penghasilan tahunan.
Pertanyaan: Lebih baik percepat cicil KPR atau investasi dulu? Jawaban: Amankan dulu dana darurat dan proteksi. Setelah itu, bandingkan bunga KPR versus potensi imbal hasil investasi. Kalau bunga KPR tinggi dan kamu lebih nyaman dengan risiko rendah, prepayment bisa masuk akal. Kalau bunga rendah dan kamu disiplin investasi, jalur seimbang juga oke.
Pertanyaan: Gaji pas-pasan, bisa nggak siap nikah dan punya anak? Jawaban: Bisa banget asal realistis. Pilih skala kebutuhan yang masuk akal, maksimalkan BPJS, cari pemasukan sampingan yang stabil, dan otomasi nabung kecil tapi konsisten. Mulai dari yang bisa, jangan tunggu “sempurna”.
Pertanyaan: Perlukah perjanjian pra-nikah? Jawaban: Nggak wajib, tapi berguna untuk melindungi kedua pihak, terutama kalau ada bisnis, aset atau utang besar, atau urusan warisan. Ini soal kejelasan dan proteksi, bukan soal ketidakpercayaan.
Pertanyaan: Kapan mulai dana pendidikan anak? Jawaban: Idealnya sejak hamil atau bahkan sebelum program. Nominal kecil yang konsisten dan dimulai lebih awal akan bekerja lebih maksimal berkat efek compounding.
Keuangan sehat sebelum menikah dan punya anak itu intinya kejelasan, proteksi, dan disiplin, bukan angka fantastis. Mulai dari transparansi, amankan dana darurat, bereskan utang mahal, pasang proteksi yang tepat, lalu konsisten bangun tujuan bareng. Kamu nggak perlu sempurna untuk mulai, tapi kamu harus mulai supaya bisa meraih apa yang kamu inginkan.











